Saturday, January 29, 2011

Tukang kayu berjihad di Palestin

SURAH AL-MU'MINUN : AYAT 99 - 100

Kesudahan golongan yang kufur ingkar itu apabila sampai ajal maut kepada salah seorang di antara mereka, berkatalah ia: "Wahai Tuhanku, kembalilah daku (hidup semula di dunia) - Supaya aku mengerjakan amal-amal yang soleh dalam perkara-perkara yang telah aku tinggalkan". Tidak! Masakan dapat? Sesungguhnya perkataannya itu hanyalah kata-kata yang ia sahaja yang mengatakannya, sedang di hadapan mereka ada alam barzakh (yang mereka tinggal tetap padanya) hingga hari mereka dibangkitkan semula (pada hari kiamat).




Pekerjaannya hanya sebagai tukang kayu dan menjual-beli hasil pertanian di Mesir, seorang yang sangat berani, cerdas, sabar dan memiliki jiwa yang sangat tenang, sangat perihatin dan bersemangat untuk membela kaum muslimin, membela saudara-saudaranya di Palestin yang dizalimi penjajah Zionis Yahudi.

Tukang kayu tersebut bernama Yusuf Thala’at, atau lengkapnya Yusuf Izzuddin Muhammad Thala’at, lahir pada Ogos 1914 M di kota Ismailiyah, Mesir.

Setelah berkenalan dengan Imam Hasan Al Banna, Mursyid Am Al Ikhwan Al Muslimin pada tahun 1936, Yusuf Thala’at terdorong untuk berjuang membela, menolong kaum muslimin, khususnya kaum muslimin di Palestin yang sedang berjuang melawan penjajah Inggeris yang pada masa itu didukung Zionis Antarabangsa.

Perjuangan menyokong dan membela Palestin dilakukan Yusuf Thala’at dengan berbagai macam cara, bermula dari menyebarkan risalah, mengadakan latihan perang, berkhutbah, berceramah sehinggalah berdemonstrasi.

Sepak terajang dan aksi Yusuf Thala’at bersama Jama’ah Al Ikhwan Al Muslimin dalam demonstrasi aman untuk Palestin mendapat liputan media masa Mesir. Akhbar Al Ahram, Mesir terbitan 13 Julai 1938 melaporkan, “ Jamaah Al Ikhwan Al Muslimin di kota Ismailiyah mengadakan demonstrasi dari masjid Jami’ Al Abasi menuju ibupejabat Al Ikhwan Al Muslimin untuk memperlihatkan perasaan dan kecintaan mereka terhadap rakyat Palestin. Polis menangkap sejumlah penunjuk perasaan. Setelah selesai melakukan siasatan terhadap mereka, pemerintah Ismailiyah mengambil keputusan menahan Hasan Al Banna, Yusuf Thal’at, dan tokoh-tokoh Ikhwan lain. Mereka ditahan selama empat hari untuk disoal-siasat”.

Pada tahun 1948, Imam Hasan Al Banna, mengerahkan 10,000 orang anggota Al Ikhwan Al Muslimin dari Mesir, Syria dan negara Arab lainnya untuk berjihad di Palestin menentang penjajah Zionis Yahudi yang mendapat sokongan Inggeris.

Yusuf Thala’at termasuk di dalam pasukan Al Ikhwan Al Muslimin yang berjumlah 10,000 orang tersebut. Ia merupakan orang yang pertama kali bergegas berangkat jihad ke Palestin bersama sejumlah ikhwan dari Ismailiyah.

Dengan semangat juang yang tinggi dan tanpa perasaan takut kecuali kepada Allah swt, Yusuf Thala’at memimpin perang di Dirul Balah melawan tentara Zionis Yahudi. Dalam peperangan itu, 12 orang mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin gugur sebagai syuhada.

Ketika diadakan gencatan senjata untuk menyerahkan jenazah para korban. Panglima perang Inggeris tercengang apabila melihat mujahidin Al Ikhwan Al Muslimin yang gugur, kesemuanya terkena tembakan peluru di bahagian dada. Peristiwa ini menjadi perbincangan diantara pasukan musuh, mereka mengetahui sikap pejuang sejati, pejuang yang tidak ingin lari dari medan perang, pejuang yang tidak takut mati, pejuang yang bersedia memerangi lawan untuk mendapatkan syahid di jalan Allah.

“dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, Maka mereka adalah orang- orang yang mendapat kemenangan." (QS: An Nur/24: 52).

“Sesungguhnya kamu mengharapkan mati (syahid) sebelum kamu menghadapinya; (sekarang) sungguh kamu telah melihatnya dan kamu menyaksikannya”. (QS: Ali Imran/3 : 143)

Pada tarikh 8 Disember 1954, Koran Bari Matish terbitan Perancis mewartakan bahawa:

“Pada pukul enam pagi tanggal 7/12/1954, bendera hitam dikibarkan di penjara Kaherah dan orang-orang yang dijatuhi hukuman mati diiringi pengawal, dengan berkaki ayam dan memakai pakaian eksekusi hukuman berwarna merah.

Pada pukul lapan, bermulalah eksekusi hukuman mati terhadap enam orang anggota Al Ikhwan Al Muslimin: Mahmud Abdul Latif, Yusuf Thala’at, Handawi Dawir, Ibrahim Ath Thayyib, Muhammad Farghali dan Abdul Qadir Audah. Keenam-enam orang ini berjalan ke tali gantung, dengan keberanian luar biasa dan memuji Allah karena mendapat kemuliaan syahid”.

“dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu ) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyedarinya.” (QS: Al Baqarah/2 : 154).

“janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki.” (QS: Ali Imran/3 169).

“di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; Maka di antara mereka ada yang gugur dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu- nunggu dan mereka tidak mengubah (janjinya),” (QS: Al Ahzab/33:23).

Sahabat Yusuf Thal’at, Syekh Abdul Qadir Audah (gambar bawah), seorang hakim lagi faqih dan pakar undang-undang, sebelum dilaksanakan hukuman mati berdoa kepada Allah, “Darahku akan menjadi laknat atas pemimpin-pemimpin Revolusi”.


Allah mengabulkan doa orang yang dizalimi, darahnya menjadi laknat bagi penguasa yang terlibat dalam eksekusi terhadap para ulama dan pejuang Palestin. Tidak ada seorangpun di antara mereka yang zalim itu selamat dari hukuman Allah di dunia. Mereka mengalami kehidupan yang sangat tragis.

Jamal Salim, ketua Mahkamah, menderita penyakit saraf. Saudara Jamal Salim, Shalah Salim, ginjalnya tidak berfungsi, hinga air kencingnya tertahan dan mati keracunan. Syamsu Badran dijatuhi hukuman seumur hidup. Kaunselor Abdul Hakim Amir mati bunuh diri atau diracun. Hamzah Basyuni dilanggar dengan teruk, hingga tubuhnya hancur dan bertebaran di atas tanah. Al Askari Ghunaim ditemui mati dalam kebun. Ash Shaul Yasin diserang untanya dan tulang lehernya retak hingga mati. Abdun Nashir seluruh hidupnya dipenuhi rasa ketakutan dan keresahan, baik dalam jaga maupun tidur. Bahkan kuburnya digenangi aliran air.

Semoga Allah mengumpulkan pejuang-pejuang yang gugur di jalan-Nya bersama Rasulullah saw di dalam surga-Nya yang mulia. Amin.


source : beritaislamglobal.blogspot.com

No comments:

Post a Comment